Pagi ini sangat dingin. Hujan deras mengguyur kota ini subuh tadi. Awan mendung masih menggantung menyelimuti seluruh kota. Matahari masih belum terlihat. Di luar masih tampak gelap. Malam sepertinya akan berlanjut. Tapi kokokan ayam mengisyaratkan jika malam telah berlalu dan siap menyambut hari yang cerah.
Jam masih menunjukkan pukul 7.30. Dia sudah tiba di suatu ruangan. Memasukinya dan mendekati kursi dan meja yang memang disediakan untuknya. Perlahan Dia duduk di atas kursi kayu yang sudah agak bergoyang dengan warna catnya sudah mulai memudar. Meletakkan tas bawaannya di atas meja kayu yang berlubang di bagian tengahnya. Beberapa bagiannya juga sudah mulai keropos dimakan rayap. Dilemparkannya pandangan tajam ke depan, sebatas mata memandang. Yang dilihatnya hanyalah hamparan kursi kosong tak bertuan. Kursi-kursi yang tampak berserakan. Perlahan-lahan waktu mengubah situasi. Satu persatu kursi itu kembali bertuan. Kursi-kursi bagian belakang menjadi incaran utama para pemburu gelar. Ruang kosong terisi jiwa yang haus akan ilmu pengetahuan atau mungkin hanya kerterpaksaan dari tuntutan zaman.
Jam menunjukkan pukul 8.00. Dia sudah akan memulai membagikan ilmunya pagi ini. Aku datang tepat sebelum Dia mengucapkan kata pertamanya. Duduk pada kursi kosong yang dengan sembarang kupilih. Aku mengucapkan syukur dalam hati, karena tidak menjadi korban pertama dari kedisiplinannya.
"Apa tujuan hidupmu?"
Itu kata pertama yang terlontar dari mulutnya sambil tangannya menunjuk ke temanku yang tampak agak mengantuk, duduk di sudut belakang
"Iya kau, apa tujuan hidupmu?", kembali Dia mengulang pertanyaannya.
"Pengen sukses, Pak", jawab temanku dengan ragu.
"Kau?", kali ini Dia menunjuk teman yang duduk di sebelahku, menanyakan hal yang sama.
"Nikah, Pak", tampak menjawab dengan sembarangan.
"Kau?", temanku yang lain ditanyanya.
"Lulus kuliah, Pak", jawabnya dengan tegas.
"Kau?", lagi-lagi dia menunjuk salah satu muridnya.
"Masuk surga, Pak" jawabnya dengan percaya diri optimis jawabannya sudah benar.
"Aku jelaskan sikit sama kau ya, tujuan hidup itu ialah titik akhir dalam hidup yang ingin kau capai, setelah kau mencapai titik tersebut maka kau sudah siap untuk mati", semua muridnya mengangguk-angguk seakan sudah mengerti apa yang dijelaskannya.
"Jadi, masuk surga itu gak termasuk tujuan hidup, itu tujuan setelah kau mati. Sukses, nikah, lulus kuliah, apa kau uda siap mati setelah memperoleh itu?", semua diam.
"Jadi, apa tujuan hidup kau?", kali ini Dia melemparkan pertanyaan ke semua muridnya, berharap salah satu dari mereka ada yang menjawab.
Suasana ruangan sejenak hening, ditatapnya lama-lama wajah murid-muridnya itu. Semua pada tertunduk. Tidak ada yang berani menjawab atau mungkin tak ada satupun yang tau jawabannya.
"Jadi, tujuan hidup kita itu sama. Kau, aku, semua orang tujuan hidupnya sama. Tujuan hidup kita itu ialah bahagia", dengan sabar dia menjelaskan.
"Kau taukan apa itu bahagia. Bagaimana kau bisa bahagia?", Dia melempar pertanyaan pada salah seorang temanku.
"Dapat rejeki nomplok, Pak" tampaknya bukan itu jawaban yang diinginkannya.
"Kau", kembali dia menunjukkan salah seorang muridnya dan itu bukan aku.
"Punya pacar, Pak", dasar jomblo.
"Kau", temanku yang duduk paling depan kini kena giliran.
"Punya pacar, Pak", dasar jomblo.
"Kau", temanku yang duduk paling depan kini kena giliran.
"Dapat nilai A, Pak", Dia menggeleng-gelengkan kepala mengisyaratkan bahwa tak ada yang bisa diharapkan dari mereka
"Bahagia itu bisa kau dapat kalo kau ada masalah. Setelah keluar dari permasalahanmu kau pasti akan merasa bahagia", tegas dan lantang suaranya menjelaskan.
"Ada banyak cara untuk menyelesaikan masalah. Tapi hanya ada satu cara yang akan menuju kebahagiaan. Cara itu ialah cara yang berujung pada kebaikan dirimu dan juga kebaikan untuk orang lain." Tambahnya
Semua mengamatinya dengan seksama, disertai anggukan sok mengerti.
"Jadi tujuan hidup kau itu bahagia. Bahagia kau dapat kalau kau bisa keluar dari masalah. Banyak cara keluar dari masalah tapi cuma satu cara yang akan menuju kebahagian. Yaitu cara yang akan menjadi kebaikan dirimu dan orang lain", Dia menarik kesimpulan
Semua mengamatinya dengan seksama, disertai anggukan sok mengerti.
"Jadi tujuan hidup kau itu bahagia. Bahagia kau dapat kalau kau bisa keluar dari masalah. Banyak cara keluar dari masalah tapi cuma satu cara yang akan menuju kebahagian. Yaitu cara yang akan menjadi kebaikan dirimu dan orang lain", Dia menarik kesimpulan
Diakhir pertemuan, Dia memberikan nasehat. Nasehat yang cukup mengena. Dia menjelaskannya dengan menggunakan filosofi tumbuhan (Dapat dibaca pada postingan saya sebelumnya: "Seperti Tumbuhan")
Aku bahagia kalo bisa mencapai semua keinginan ku :D
BalasHapusJangan banyak-banyak keinginannya, nanti kelamaan nunggu bahagianya. hehehe
Hapustujuan hidup adalah hanya untuk beribadah dan bahagia dunia akhirat mas
BalasHapusIya, bener juga tuh kak :)
Hapusaku ingin sukses seperti yang lain :)
BalasHapusSemoga kesuksesannya dapat membawa kebahagiaan :)
HapusAAAA keren definisi dari tujuan hidupnya.
BalasHapus'' Tujuan hidup adalah titik akhir dr hidup yg ingin dicapai. ''
Bener juga ya. Dan setelah mendapatkannya kita sudah siap untuk mati.
Oke, tujuan hidup saya berarti bahagia. :))
Kalo boleh nebak, pasti yang mendefenisikan tujuan hidup itu orang Medan ya? Hehee
Iya bener banget kak, Beliau orang Medan
HapusSemua orang pasti punya tujuan hidup ya mas :-)
BalasHapusSaya juga punya beberapa.. tapi itu masih jadi rahasia hati saya :D
Semua orang pasti punya tujuan hidup, dan setiap orang punya caranya masing-masing untuk mencapainya
Hapus