Sabtu, 29 Agustus 2015

Pagi Itu

Sunyi kegelapan malam terusik dengan suara-suara melengking memekakkan telinga. Seperti memaki bangunkan aku dari mimpi. Bukan hanya sekali tapi berkali-kali. Itu suara alarmku. Seburuk apapun suaranya, tetap saja gaya gravitasi tempat tidurku memiliki kemampuan untuk mengubah situasi menjadi ruang hampa. Suara apapun tak dapat terdengar. Kedap suara. Membuatku kembali melayang-layang di alam mimpi.

Semburat merah di ujung sana memperlihatkan keindahan pagi yang menakjubkan. Keindahan yang terabaikan. Sinarnya menembus kegelapan. Menembus ruang demi ruang. Menembus celah demi celah. Begitu juga jendela dengan kaca transparan itu, dengan sangat mudah ditembus. Sinarnya memenuhi ruang kamar sempitku. Menghangatkan jiwa yang membeku.

Memburu waktu. seperti itulah keadaan pagiku. Melakukan segala sesuatu dengan terburu-buru. Melakukan segala hal dengan cepat. Apalagi bertarung dengan padatnya lalu lintas. Kemampuan itu keluar dengan sendirinya. Kemampuan meliak-liuk di jalanan. Melewati satu dua kendaraan. Menusuk ke celah sempit antar kendaraan. Melaju dengan cepat walaupun hanya mengendarai sepeda motor butut pemberian orangtuaku. Dengan satu tujuan, kantor tempatku bekerja.

Seperti pada hari-hari sebelumnya yang telah kulewati, penuh dengan kebosanan. Melakukan hal sama setiap harinya. Tidak ada yang membuatku tampak menarik. Tidak ada tantangan. Tidak ada yang membuatku lebih bersemangat. Tidak ada hal yang ingin dicapai. Begitu juga hari yang akan kulewati hari ini, akan sama seperti hari-hari sebelumnya. Itu yang ada dalam pikiranku.

Dulu aku sangat bersemangat untuk menjadi salah satu bagian dari perusahaan ini. Itu impianku dari awal. Tapi setelah menjadi bagian dari perusahaan ini, semangatku yang dulunya berkobar, padam. Hal itu dikarenakan aku  merasa sudah berada pada puncak tertinggi dari apa yang ingin kugapai. Puncak kejayaan. Puncak prestasi. Oleh karena itu tak ada lagi yang ingin kugapai. Tak ada lagi yang ingin kulakukan. Mungkin saat ini aku sudah berada pada titik jenuh. Begitulah yang kupikirkan. 

Setiap pagi aku mampir ke kantin untuk sekedar menikmati secangkir kopi. Kopi pahit. Sepahit hidupku saat ini. Ah entahlah. Hilir mudik orang-orang di kantin itu. Tampak ramai. Sama sepertiku mereka juga sepertinya melewati hari yang membosankan. Mengawali hari tanpa sempat sarapan. Namun diantara kerumunan tersebut ada seorang wanita. Seorang wanita yang membuatku tak bisa melepaskan pandangan darinya. Wanita dengan wajah yang menawan. Mata indahnya yang memancarkan keceriaan. Namun ada yang lebih mempesona. Senyumnya. ah membuatku mabuk kepayang. Seketika itu pula aku seperti menemukan seberkas cahaya. Cahaya di ujung lorong sana yang akan memberikan sesuatu yang lebih baik. Cahaya yang akan menuntunku keluar dari kegelapan yang menyelimutiku saat ini. Awal yang baru. Harapan baru.  Hal baru yang dapat kulakukan. Sesuatu yang ingin kugapai. Dengan semangat baru. Sesaat itu pula aku mengubah pernyataanku sebelumnya. Hari ini tidak akan sama seperti hari-hari sebelumnya.

Aku baru pertama kali melihat wanita itu. Mungkin dia karyawan baru disini. Dia semakin mendekat padaku. Aku semakin malu-malu memandangnya. Semakin lama semakin dekat dan dia berjalan kearahku. Semakin dekat semakin tampak anggun. Dia duduk tepat di sebelahku. Sunyi. Sepi. senyap. Seolah keramaian hanya milik kami berdua. Diam. Tanpa kata. Apa yang ada di dalam otakku tak bisa diterjemahkan dalam bentuk kata-kata. Mulutku membeku seketika. Seketika itu pula tangannya menyentuh pundakku. Kehangatannya mengalir keseluruh tubuh ini. Menyadarkanku dari lamunan sesaatku. Jantung ini semakin berdebar kencang. Kemudian bibir tipisnya itu mengucapkan sesuatu dengan lembut

"Bang", Mungkin wajahku sudah tampak tua sehingga dia memanggilku seperti itu. Mungkin saja itu hanya sebuah tatakrama untuk orang yang baru dikenal
"Bang", kembali dia memanggilku dengan penuh syahdu. Menyadarkanku yang lagi-lagi kembali berada dalam dunia lamunan.
"BANG", kali ini dia agak berteriak. suaranyapun berubah
"BANG", kali ini berteriak sambil mengguncang bahuku
"BANG, BANGUN", aku tau, itu suara mamakku. Membangunkan anak sulungnya yang masih tertidur.

4 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html