Jumat, 21 Februari 2014

Krisis Listrik, Siapa Yang Salah?

Krisis listrik sepertinya terus berlanjut di Sumatera Utara ini. Ini terbukti dengan gencarnya terjadi pemadaman listrik bergilir dengan rentang waktu 2 sampai 3 jam per hari. Ini menandakan tingkat konsumsi kita terhadap listrik semakin besar tapi tanpa diikuti dengan perkembangan daya listrik sesuai kebutuhan.

Siapa disini yang patut disalahkan, Pemerintah? PLN? atau kita sebagai penikmat listrik? Semua saling menyalahkan, saling menyudutkan satu sama lain, tanpa ada yang berbuah solusi.

Tadi pagi saat kuliah, sebagai pendahuluan perkuliahan, dosenku membuka suatu kasus yang terjadi saat ini. Saat ini pembangkit listrik yang baru yang berada di Pangkalan Susu sudah hampir rampung selesai dan sebentar lagi sudah dapat beroperasi melayani nafsu kita dalam mengkonsumsi listrik. Namun tampaknya nafsu kita itu harus tertunda dan harus merasakan pemadaman listrik yang akan terus berlanjut.

Hal itu terjadi karena saluran transmisi yang belum rampung selesai. Hal ini menjadi berlarut-larut karena beberapa daerah masih mempermasalahkan ganti rugi tanah dan pohon yang bakal ditebang untuk ditancapkan tower-tower saluran transmisi. Pihak pemerintah dan PLN sudah menawarkan harga sesuai harga pasar, namun pihak-pihak yang tanahnya bakal dipakai untuk saluran transmisi menolak mentah-mentah tawaran tersebut. Pihak-pihak ini menganggap bahwa ini merupakan rejeki nomplok yang datang kepadanya dan menganggap bahwa pihak pemerintah dan PLN sangat membutuhkan area tanahnya. Kalo kata kesepakatan tidak terpenuhi, maka proyeknya tidak akan dapat dijalankan dan beroperasi dan itu menjadi proyek yang sia-sia. Mau tidak mau pihak pemerintah dan PLN harus menuruti permintaannya. Dengan modal pemikiran yang seperti itu pihak-pihak ini melambungkan harga berkali-kali lipat dari harga pasaran.

Dari permasalahan yang terjadi di atas, masihkah kita menyalahkan pemerintah? masihkah kita menyalahkan PLN? Memang pemerintah dan PLN seperti bergerak lambat dalam mengatasi krisis listrik ini, tetapi ketika mereka hadir dengan sebuah solusi, kenapa masih ada pihak-pihak yang menghambat solusi tersebut. Hal seperti itu patut disesalkan.

6 komentar:

  1. 400 MW gak jalan-jalan hanya gara-gara 3 kecamatan Boy
    16 juta per pohon untuk ganti rugi. Luar biasa oportunisnya masyarakat kita ini, gak ada namanya berkorban untuk masyarakat banyak..Speechless udah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ingin kaya, tapi seperti ini cara mereka boy

      Hapus
  2. bg MURSIDA koordinator disna bos...
    SUDAH JELAS tergambarkan ciri khas oprtunis tsb..??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.....
      Jadi dia dalang dibalik semua ini
      Pantas subur kali badannya

      Hapus
  3. lalu....apa yang bisa dibuat oleh mahasiswa kalau udah begini coba?...demo...huuu, bisanya cuman demo..ngga bisa ngasih solusi, apalagi menyelesaikan krisi kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo bicara mahasiswa pasti dikaitkan dengan demo, dan demonya pasti dalam artian negatif yaitu demo yang berakhir ricuh dan selalu bentrok dengan aparat keamanan. Padahal banyak diluar sana demo yang bersifat positif yang tidak tersentuh oleh media.

      Aku gak tau ini bisa dianggap solusi atau tidak. Kami sebagai mahasiswa pernah melakukan aksi hemat energi, turun ke jalan. Tapi bukan demo, sekali lagi BUKAN demo. Kami melakukan sosialisasi hemat energi dalam mengatasi krisis listrik saat ini kepada masyarakat dengan cara mudah yaitu dengan mematikan minimal 2 lampu di rumah

      Hapus

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html