Malam Terakhir

2.37 AM.

Hujan baru saja berhenti. Aku sangat menyukai aroma sehabis hujan. Aroma yang sangat menyenangkan. Aroma yang menenangkan. Perlahan nyanyian bernada tinggi katak diluar sana nyaring terdengar dengan irama kacau mengesankan. Kumatikan mp3 player yang sejak tadi menemaniku. Kunikmati sejenak suasana alam yang menenangkan. 

Malam terasa sangat dingin. Kesejukannya menyeruak masuk ke dalam kamar sempitku. Udara dingin yang membawa sejuta kenangan yang dapat membuat kegaduhan di hati. Kehangatan. Kebersamaan. Ah entahlah. Aku tak mau memperdulikannya kali ini. Ada hal yang lebih menggangguku. Sangat mengganggu.

Kuseduh kembali kopi kemasan siap saji. Aku tak tau sudah berapa kali aku menenggak habis segelas kopi malam ini. Setidaknya mata ini masih tetap terjaga. Harus tetap terjaga. Ada yang harus kuselesaikan. Aku tak bisa lagi terus berlari dari waktu. Sebelum semuanya terlambat, aku harus mengejar waktu. Semuanya harus berakhir malam ini.

Kuseruput sedikit kopi hangat yang tadi kuseduh. Merasakan kehangatannya mengalir ke seluruh tubuh. Memberikan sedikit energi untuk beraksi kembali. Dengan sisa-sisa energi yang ada, kembali jari-jariku memainkan tombol-tombol keyboard laptop. Menuliskan dengan cepat isi otak ke dalam lembar-lembar digital. Setiap ketukan menimbulkan irama yang tak mungkin sempat kunikmati. Aku harus semakin cepat berpacu. Waktu tak akan lagi menunggu. Semuanya harus berakhir malam ini.